Judul :Gereja yang Hadir di Sini
dan Sekarang
Editor : Dr Leonardus Samosir, OSC
Penerbit : Obor
Cetakan : November 2O17
Tebal : 78 halaman
ISBN : 978-979-565-814-6
dan Sekarang
Editor : Dr Leonardus Samosir, OSC
Penerbit : Obor
Cetakan : November 2O17
Tebal : 78 halaman
ISBN : 978-979-565-814-6
Awalnya, Gereja berkembang pesat di Eropa lalu disebarkan oleh pewarta injili ke seluruh dunia. Eropa sebagai sentra tidak hanya menjadikannya patokan keagamaan, namun juga pusat kegiatan. Akibatnya, Gereja yang jauh dari Eropa tidak bisa memaksimalkan fungsinya untuk mewarnai umat. Konsili Vatikan II memantik perubahan signifikan ketika melahirkan resolusi peran Gereja seluruh dunia setara dengan Eropa. Mereka bisa melahirkan kebijakan dan mengeluarkan keputusan mandiri yang dianggap sesuai dengan arah perkembangan umat setempat. Teolog Karl Rahner menyebut, Konsili Vatikan II sebagai peristiwa mewujudkan Gereja Dunia. “Gereja tampaknya mulai meninggalkan karakter eurosentris yang bagaikan perusahaan ekspor membawa iman Kristiani ke wilayah lain,” kata Karl Rahner (hlm ix).
Buku ini mengungkap gerak langkah Gereja Katolik Indonesia membumikan Gereja. Dengan dokumen dan inspirasi Konsili Vatikan II, Gereja Katolik Indonesia berusaha untuk setia kepada warta injili, tetapi sekaligus mengakomodasi situasi lokal. Indra Tanureja, salah satu penulis dalam buku ini, mengulas kegiatan dan program Gereja Katolik Indonesia dalam rangka sosialisasi Injil. Pengetahuan umat tentang Injil belum kuat. Di samping fasilitas dan kegiatan yang dirasa belum memadai, juga masih belum maksimalnya pesan Injil yang diterjemahkan ke dalam bahasa lokal atau daerah, bukan hanya Bahasa Indonesia (hlm 3). Pelaksanaan program kegiatan didasarkan pada Dei Verbum Konsili Vatikan II. Isinya, kaum beriman Kristiani, jalan menuju Kitab Suci harus terbuka lebar. Jika tidak dia akan diabaikan umat. Begitu umat abai, tidak akan jadi pedoman kehidupan. Ini kegagalan absolut untuk menjadikan Alkitab pelita bagi kakiku, dan terang bagi jalanku (bdk Mzm 119:105).
Programnya bervarian. Ada yang serius dan bersifat seremonial. Ada juga having fun seperti lomba-lomba semacam kuis Kitab Suci. Variasi program tersebut disesuaikan dengan segmen umur dan taraf umat. Surat Gembala, penyediaan Alkitab, Bulan Kitab Suci Nasional, Pembinaan dan Kaderisasi merupakan kegiatan formal berkala. Ada pertautan penting antara kegiatan Gereja dan ajaran Kitab Suci yang secara diametral tidak bersentuhan langsung, namun saling berpengaruh secara kausalistik. Misalnya, kesibukan Gereja yang tidak berkaitan langsung dengan Kitab Suci seperti narkoba, sampah, pemilu, hukuman mati dan sebagainya. Padahal hakikatnya gerakan ke arah itu diilhami pesan implisit Kitab Suci. “Dengan demikian dalam kehidupan Gereja, Alkitab sebenarnya lebih banyak bermain di belakang layar,” katanya (hlm 20).
Tanda bahwa Gereja telah menggarami dunia ketika kaum awam berperan aktif memahami, mengimani, dan mewartakan Kitab Suci. Di sini ada ekspansi peran yang sebelumnya hanya dipegang secara eksklusif oleh para imam. Penyertaan kaum awam tidak hanya sebagai bentuk pembumian ajaran Aliktab hingga masyarakat akar rumput, namun juga sebagai panggilan Yesus agar pesan-Nya disebarkan ke seluruh umat. Di samping itu, peran kaum awam ini menjadi terobosan akan jumlah Imam yang makin sedikit. Ad Gentes 21 menegaskan, “Sebab Injil tak mungkin secara mendalam meresapi bakatbakat, kehidupan dan kegiatan suatu bangsa, tanpa kehadiran aktif kaum awam (hlm 43).”
Peran signifikan kaum awam bisa dilihat dari luasnya akses dalam kehidupan masyarakat. Mereka bisa menjabat sebagai guru, tentara dalam, dokter dan lain sebagainya. Mereka menjadi gula yang bisa memaniskan kehidupan. Dengan nilai Injil yang mereka imani, juga menjelma garam yang mampu mengasinkan lingkungan dengan sikap, tutur kata atau pewartaan mereka. Pembahasan dalam buku ini didasarkan sepenuhnya pada Peta Eklesiologi Dokumen KWI.
Diresensi Faiz, Staf Lembaga Pendidikan An-Najah Karduluk, Madura
Resensi Tambahan dari Gramedia :
Tidak kurang teolog seperti Karl Rahner menyebut Konsili Vatikan II sebagai peristiwa mewujudnya "Gereja Dunia". Memang, pada hakikatnya Gereja adalah Gereja Dunia, namun aktualisasi hakikat Gereja ini mulai muncul dengan "malu-malu" lewat Konsili Vatikan II. Gereja tampaknya mulai meninggalkan karakter "eurosentris" (eropa menjadi pusat) yang bagaikan "perusahaan ekspor" membawa iman Kristiani ke wilayah lain.
Ungkapan Rahner tadi tergambar juga dalam gerak Gereja Katolik di Indonesia. Dengan inspirasi dan dukungan dokumen-dokumen Konsili Vatikan II, Gereja Katolik di Indonesia berusaha untuk setia kepada warta injili, tetapi sekaligus "bertemu" dengan situasi lokal.
Buku Peta Eklesiologi Menurut Dokumen KWI ini hendak menggambarkan dinamika Gereja di atas. Gambaran ini hendak disasar dari dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh Konferensi Waligereja Indonesia.
Membaca buku Peta Eklesiologi ini kiranya kita akan mendapatkan gambaran dan posisi kita di tengah hidup menggereja di Indonesia. Sekaligus diharapkan para pembaca akan memiliki gambaran yang lebih jelas tentang arah pastoral hidup menggereja yang muncul dalam berbagai keuskupan di Indonesia.
Resensi Tambahan dari Gramedia :
Tidak kurang teolog seperti Karl Rahner menyebut Konsili Vatikan II sebagai peristiwa mewujudnya "Gereja Dunia". Memang, pada hakikatnya Gereja adalah Gereja Dunia, namun aktualisasi hakikat Gereja ini mulai muncul dengan "malu-malu" lewat Konsili Vatikan II. Gereja tampaknya mulai meninggalkan karakter "eurosentris" (eropa menjadi pusat) yang bagaikan "perusahaan ekspor" membawa iman Kristiani ke wilayah lain.